Menyusuri Sungai Mahkam

Ketinting, alat transportasi masyarkat di sekitar sungai Mahkam

Sungai Mahkam, jika mendengar seseorang menyebutkan nama sungai tersebut pasti yang terpikirkan adalah sungai terbesar yang mengalir di Kalimantan Timur (Sungai Mahakam). Walaupun sama-sama terletak di Kalimantan Timur, tetapi sungai Mahkam berbeda dengan sungai Mahakam.

Sungai Mahkam terletak di Kabupaten Berau. Sungai Mahkam menjadi satu-satunya jalur transportasi bagi masyarakat dibeberapa kampung  sekitar sungai, seperti Kampung Long Ayap, Long Okeng, Long Pai, Long Ayan sebelum masuknya beberapa perusahaan yang mulai mengeksploitasi hutan di sekitar kampung dan membuat jalan darat untuk mempermudah aktivitas mereka.

Perjalananku menyusuri sungai Mahkam dimulai dari daerah yang disebut dengan Tepian Buah, Kecamatan Segah Kabupaten Berau.  Aku menyusuri sungai menggunakan ketinting yang cukup untuk 5 – 6 orang. Saat menyusuri Sungai Mahkam, terlihat banyak jamban yang menghiasi kiri dan kanan badan sungai. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat memanfaatkan sungai Mahkam untuk kebutuhan dasar mereka. Beberapa kali terlihat ketinting lain yang melewati sungai ini, menambah bising karena suara mesin ketinting menggema kemana-mana.


Saat intensitas hujan sedang tinggi, tidak banyak orang yang berani pergi menggunakan ketinting. Mereka lebih memilih diam dirumah karena Jeramnya akan menjadi besar. Jika tidak pandai menyeimbangkan ketinting, ketinting terbalik di tengah sungai menjadi resiko yang harus ditanggung. Saat debit sungai sedang, banyak bebatuan yang mencuat keluar dari permukaan air sungai. Driver ketinting harus hapal medan saat menyusuri sungai jika air sedang tinggi, jika tidak ketinting bisa tersangkut diantara bebatuan atau baling-baling ketinting akan patah karna bertumbukan dengan batuan sungai.

Hulu sungai Mahkam menyediakan sumber daya alam emas yang cukup tinggi. Saat menyusuri sungai melewati Kampung Malinau, Kampung Long Ayan, dan Kampung Long Ayap, air berwarna coklat susu bercampur dengan pasir, itulah yang dapat menggambarkan kondisi air sungai Mahkam. Air yang keruh dikarenakan kegiatan tambang emas dengan mesin di hulu sungai. "Dulu sungai ini jernih, semenjak masyarakat mulai menambang emas dengan mesin airnya menjadi keruh setiap hari" ucap salah seorang warga di Kampung Long Ayap.

Kondisi sungai yang berbeda saat aku mulai menyusuri anak sungai Mahkam menuju Kampung Long Pai. Airnya berwarna hijau jernih. Pada titik pertemuan antara anak sungai dengan 'batang' sungai Mahkam akan terlihat lapisan warna hijau dan coklat di permukaan sungai.

Perbedaan kondisi sungai ini dikarenakan Pemerintah Kampung Long Pai melarang siapapun menambang emas dengan menggunakan mesin di hulu anak sungai Mahkam tersebut. Berubahnya kondisi fisik air sungai menjadi keruh dapat menyebabkan populasi ikan di sungai menjadi berkurang. Karena salah satu sumber makanan bagi mereka adalah dari sungai. Oleh karena itu, masyarakat Long Pai sangat menjaga kondisi sungai mereka.

Komentar

  1. Satu lagi postingan orang Bogor tentang Sungai Mahakam. Judul kampanye yg bagus untuk mempromosikan suatu tempat di Bumi Borneo: Sungai Mahkam berbeda dengan Sungai Mahakam, Kab Berau, Kaltim.

    BalasHapus
  2. Wah baru tau ada nama sungai yg namanya mirip mahakam, jangan2 penyebutannya sangat mirip

    BalasHapus
  3. Yup benul sekali mba seting. setelah jalan ke 4 desa aku baru ngeh ternyata sungai Mahkam, bukan sungai Mahakam.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer