Perjalanan Singkat ke Pulau Derawan
Sunset Derawan |
Siapa yang tidak suka berwisata? Ada banyak jenis dari tempat untuk wisata. Wisata bahari, tempat bersejarah, kebun binatang, taman bunga, taman buah, danau, atau tempat-tempat dengan pemandangan indah nan menajubkan.
Kali ini aku berkesempatan untuk mengunjungi tempat dengan
pemandangan indah nan menakjubkan. Sebuah pulau yang indah dengan pasirnya yang
putih dan airnya yang biru jernih. Tidak hanya itu, pemandangan bawah lautnya
pun juga luar biasa indahnya. Pulau Derawan. Siapa yang tak kenal pulau erawan?
Para pecinta wisata dan travelling pastinya amat tahu pulau ini, dan aku berani
bertaruh, nama tempat ini pasti masuk dalam list tempat wisata yang ingin
sekali mereka kunjungi.
Tidak semua orang dengan gampang bisa segera memuaskan hawa
nafsu akan indahnya salah satu pulau di Indonesia ini, karena biaya
transportasinya yang mahal, mulai dari tiket pesawat, sewa kapal, dll, kecuali
3 hal. Pertama kamu berdomilisi di Berau atau di sekitar pulau Derawan, dan
pastinya harus rombongan untuk kesana karna harga sewa kapal cukup mahal, dan
kamu bisa sharing biaya sewa kapal dengan teman-temanmu. Kedua, kamu memiliki
pekerjaan dengan gaji yang tinggi, cukup menunggu 2 bulan kamu bisa segera
menuju pulau tersebut. Dan ketiga kamu memiliki orang tua kaya raya yang bisa
memberikanmu uang banyak hanya untuk sekedar berwisata. Untuk orang yang biasa
saja dan memiliki pekerjaan dengan gaji yang biasa saja tetapi memiliki hasrat
travelling yang tinggi, ke Pulau Derawan menjadi salah satu tempat wisata yang
cukup sulit untuk dikunjungi.
Aku termasuk yang beruntung, memiliki kesempatan untuk
mengunjungi pulau derawan bukan karena 3 hal diatas. Kebetulan mendapatkan trip
kerja di Berau selama 10 hari, tak ku sia-siakan untuk bisa mengunjungi tempat
yang sudah kuimpi2kan barang hanya satu malam atau dua malam saja. Ternyata
pekerjaanku cukup lancar, dan aku memiliki kesempatan untuk melipir sebentar ke
Pulau Derawan sebelum kembali ke Bogor. Rasanya sudah tidak sabar ingin segera
menginjakkan kaki kesana.
Aku hanya memiliki kesempatan satu malam saja untuk bisa
menikmati indahnya pulau Derawan. Tapi tak apalah, setidaknya bisa mengurangi
rasa penasaranku terhadap pulau tersebut. Saat itu posisiku di Tanjung Redeb,
Berau. Menurut temanku, biasanya ada mobil yang mengantar jemput menuju
pelabuhan Tanjung Batu dari Tanjung Redeb. Karena saat itu weekday, tidak banyak orang yang ingin mengunjungi
tempat itu jadi angkutan yang dimaksud tidak ada. Akhirnya aku dan temanku
menyewa sebuah mobil dan sopir untuk mengantar hingga pelabuhan. Biaya sekali
antar dari Tanjung Redeb ke Pelabuhan Tanjung Batu adalah 350 ribu rupiah.
Untunglah sebelumnya temanku sudah tawar menawar harga dengan pemilik mobil,
jika tidak kami pasti di beri harga mahal.
Pelabuhan Tanjung Batu |
Perjalanan dari pelabuhan ke Pulau Derawan tidak begitu
lama, hanya 30 menit speedboat sudah merapat kembali kedaratan. Berhenti di
sebuah darmaga salah satu homestay di Pulau Derawan, akupun membayar 250 ribu
kepada driver dan sang driver pun segera meninggalkan kami. Melihat matahari yang semakin memerah, tanpa pikir panjang aku
langsung menarik temanku untuk segera menuju ujung dermaga untuk menikmati
sunset hari itu. Duduk di tepian dermaga, menatap matahari yang memerah seperti
malu karna akan ditelan oleh lautan. Luar biasa indahnya, tidak mau kehilangan
kesempatan dengan segera kutangkap pemandangan indah itu dengan kedua mataku
dan kusimpan didalam memori ingatanku untuk ku kenang kembali nanti. Sebelum
sang pemberi warna benar-benar habis ditelan lautan, kusempatkan mengambil
beberapa foto dan mencoba beberapa gaya. setelah puas akupun pergi meninggalkan
dermaga untuk menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim dan kemudian
mencari penginapan.
Pulau derawan menjadi salah satu tempat wisata yang
disebut-sebut dengan pemandangan yang luar biasa. Pastinya banyak wisatawan
yang datang kemari disaat weekend atau libur panjang. Tidak heran jika banyak
homestay yang di bangun di pinggir pantai hingga menjorok beberapa meter kearah
laut. Lebih dalam masuk kedalam pulau ini, ada banyak rumah yang berjejer rapi
dan berhadap-hadapan. Ada jalan dengan lebar kira-kira 3 meter diantara
rumah-rumah itu.
Kebanyakan rumah disana dijadikan homestay oleh pemiliknya.
Saat melewati jalanan itu cukup banyak pemilik rumah yang menawarkan tempat
mereka untuk kami menginap “sudah malam mba, nginap disini saja Cuma 250 ribu.
Kalau disana mahal” rayu salah satu pemilik rumah. Karena sebelum berangkat
temanku sudah merekomendasikan penginapan yang murah dan nyaman, aku hanya
menjawabnya dengan senyuman, karna aku mengutamakan mencari penginapan
tersebut.
Sebenarnya perutku sudah terasa lapar sejak tadi, karena
penginapan yang dicari belum juga ketemu akhirnya aku memutuskan agar mengisi
perut terlebih dahulu. Jangan khawatir
dengan makanan disini, ada banyak warung makan dan cafe yang buka, bahkan
warung kopi dan penjual makanan ringanpun ada. Selain itu, banyak juga yang
menjual aksesoris2 yang katanya khas disini untuk dijadikan oleh-oleh. Memilih
satu rumah makan yang nyaman, aku dan temanku memesan satu porsi cumi asam
manis dan ikan kerapu goreng. Aku pikir harganya akan jauh lebih mahal dengan
di Berau (di Berau saja harganya sudah 3 kali lipat dari Bogor), ternyata tidak
jauh berbeda. Keluar dengan perut kenyang, tinggal mengerjakan satu PR dan
kemudian aku bisa berjalan-jalan dengan santai, yaitu penginapan.
Akhirnya penginapan yang dicari ketemu juga, pantas saja
cukup lama mencarinya ternyata cukup jauh dari tempat kami makan tadi. “Penginapan
Haji Burhan”, Saat memasuki penginapan ini, kami disambut seorang kakek.
“Kebetulan masih ada beberapa kamar kosong, kalau weekend ini sudah penuh,
sudah ada yang pesan” jelas sang kakek. Setiap weekend tempat ini ramai
dikunjungi wisatan, baik lokal ataupun asing.
Penginapan ini cukup nyaman, kamarnya tidak begitu luas, bisa diisi oleh
2 – 3 orang. Kamar mandi cukup luas dan bersih. Pemilik penginapan sepertinya
sangat menjaga kebersihan penginapannya. Harga permalamnya hanya 100 ribu
rupiah, tapi saat weekend menjadi 150 ribu. Tidak heran jika temanku
merekomendasikan penginapan ini, selain murah juga bersih dan nyaman. Setelah
memilih kamar dan meletakkan barang, aku meminta izin kepada pak Burhan untuk
keluar dan berjalan-jalan sebentar.
Aku memutuskan untuk menyewa sepeda, karna tempat yang akan
kami kunjungi cukup jauh. Ternyata harga sewa sepeda disini cukup mahal,
20.000/ jam. Lebih mahal dari sewa motor di Bogor, yang hanya 5000/jam. Malam
itu kuhabiskan waktu mencari penyu di dekat lapangan voli, tapi sayang kami
terlambat. Penyu muncul sekitar jam 7
malam, dan kami tiba disana sekitar jam 8 lebih. Akhirnya aku dan temanku memutuskan
untuk berkeliling kampung menggunakan sepeda, dan keluar masuk dari satu toko
aksesoris ke toko yang lainnya untuk mencari pipa cerutu yang terbuat dari akar
(aku lupa nama akarnya). Ternyata tidak hanya terbuat dari akar, ada juga yang
terbuat dari tulang duyung. Aku langsung membayangkan betapa kasihannya duyung
tersebut, tulangnya diambil dan kemudian diperhalus sehingga berbentuk bermacam
barang. Lelah bersepeda keliling kampung, kami memutuskan untuk beristirahat,
karna besok harus mengejar sunrise.
Pagi hari saat membuka mata, ternyata hari mulai terang.
Ternyata aku kesiangan. Alarm yang kupasang sama sekali tak terdengar, mungkin
karna kelelahan bermain sepeda semalam. Segera kubangunkan temanku, setelah
menunaikan sholat subuh aku segera bersiap2 dan bergegas menuju lapangan voli.
Tampat dimana matahari terbit dapat terlihat dengan jelas. Karna lokasi yang
dituju cukup jauh, aku berjalan sedikit berlari karna tidak mau ketinggalan
moment yang cukup sulit untuk kudapatkan itu.
Tiba dilapangan voli ternyata matahari sudah mulai tinggi,
tapi semburat merah jingga masih bisa kulihat. Kulihat ada sepotong batang
pohon dengan diamater yang cukup besar teronggok dipinggir pantai. Duduk
diatasnya, aku menikmati pemandangan dihadapan mata. Semburat merah jingga
perlahan berganti menjadi kuning emas, dan semakin tinggi matahari, warna
dengan nuansa romantis itupun semakin memudar. Tak kulewatkan untuk mengambil
beberapa foto dengan latar belakang sunrise dari Pulau Derawan.
Sunrise telah lewat, kucoba untuk mengelili pulau ini dengan
berjalan kaki untuk mengetahui lebih dalam tentang pulau ini. Tapi sayang,
kakiku tidak dapat melangkah lebih jauh dari lapangan voli karna tidak ada
pasir yang tersisa dipinggir kecuali karang yang mulai rusak.
Salah satu resort di Pulau |
Mencoba berjalan berlawanan arah, akupun memasuki salah satu
resort yang memiliki dermaga yang cukup jauh menjorok menjauhi pantai. Kakiku
segera melangkah menuju dermaga tersebut, tetapi temanku memperingatkanku untuk
tidak kesana karna ada tulisan “khusus tamu resort”. Aku cuek saja, aku begitu
yakin mereka tidak akan bertanya kesetiap orang yang akan masuk apakah mereka
tamu di resort ini atau bukan. Tebakanku ternyata benar, kami bisa masuk dengan
mudahnya. Saat melewati dermaga aku melihat beberapa penyu sedang berputar-putar
di bawah dermaga. Ternyata mereka akan menghampirimu jika diberi gedebong
pisang, sayangnya aku baru mengetahui informasi ini ketika telah kembali
kebogor. Jadinya aku hanya memotretnya dari jauh saja.
Alat snorkeling yang disewa di dekat lapangan volly |
Penyu di Dekat Derawan Dive Resort |
Dermaga Derawan Dive Resort |
Penyu di Dekat Derawan Dive Resort |
Melihat mulai banyak orang yang terjun ke air dan bermain
bersama ratusan ikan-ikan kecil, aku pun tak mau ketinggalan. menyewa alat
snorkle dengan harga 25 ribu di resort, aku langsung menyeburkan diri kelaut.
Jika ingin bermain dengan ikan-ikan kecil itu, kau harus membawa biskuit atau
roti untuk diberikan kepada mereka, agar mereka mau mendekatimu. Tidak begitu lama aku bermain dengan
ikan-ikan kecil itu. Selain karna hari mulai panas, juga karena tidak enak
dengan temanku yang menunggu diatas. Dia tidak ikut nyebur ke laut karena tidak
bisa berenang. Sayang sekali pikirku.
Kamipun kembali ke penginapan. Tiba dipenginapan, ternyata
dipenginapan si bapak telah menyediakan kami segelas teh manis hangat (yang
pastinya sudah dingin) dan beberapa potong kue tradisional yang kulihat dia
beli pagi tadi ketika kami pamit keluar. Karna belum sarapan, akupun tak
melewatkannya dan kemudian baru membersihkan badan. Selesai membersihkan badan
dan pakaian, aku menjemur pakaianku diluar,serasa berasa dirumah sendiri, karna
si Ibu juga sangat ramah menyarankanku untuk menjemur bajuku yang basah agar
tidak berat dibawa pulang.
Yang Narsis Minta di Foto |
Selain menyediakan penginapan, si Bapak juga membuka warung
makan didepan penginapan. Satu porsi ikan kerapu rebus, cumi asam manis, dan 2
mangkuk sup kami merogoh kocek 60 ribu. Harga yang cukup bersahabat pikirku.
Aku akan kembali ke penginapan ini lagi jika diberi kesempatan kembali lagi ke
pulau ini.
Setelah kenyang mengisi perut, jam menunjukkan jam 12 dan kami berencana pulang jam 2 siang. Masih
ada waktu untuk berjalan-jalan ucapku, tapi sayang temanku berpikir lain. Dia
lebih memilih kembali tidur karna masih mengantuk. Akhirnya aku tetap
memutuskan untuk tetap berkeliling kampung ditemani oleh sebiah kamera DSLR dan
kacamata hitam untuk melindungi mataku dari silaunya terik matahari. Ternyata
siang hari disini sangat panas. Kulihat ada beberapa anak laki-laki yang
bermain bola atau bermain di teras rumah mereka. Karna ukuran kamera yang
kubawa cukup besar, tanpa malu anak-anak itu memintaku untuk mengmabil foto
mereka. Tidak sama dengan anak-anak di desa pada umumnya, mereka sangat pandai
bergaya.
Teripang Kering |
Akupun mencoba berkeliling lagi, kulihat ada gerombolan ibu-bapak dan anak-anak didekat tungku api yang cukup besar dengan asap tebal mengepul diatasnya. Kudekati mereka untuk tahu apa yang sedang mereka lakukan. Ternyata mereka sedang membersihkan teripang segar yang baru diambil dari laut, dan diatas tungku ada beberapa teripang yang warnanya berubah menjadi coklat kehitaman karna sudah dikeringkan selama beberapa hari. Setelah dikeringkan diatas tungku selama 2 minggu, teripang juga harus dijemur dibawah sinar matahari agar benar-benar kering. Harga jual teripang kering cukup tinggi, perkilo bisa mencapai 700 ribu atau lebih. Banyak khasiat yang bisa didapat dari teripang, salah satunya untuk mengobati kanker. Biasanya teripang di konsumsi sebagai sup, sayang disini tidak ada yang menjualnya, padahal aku penasaran dengan rasanya. Selain teripang, aku juga melihat ada banyak ikan yang sudah dibelah dan di jemur. Namanya juga di pantai, pasti banyak ikan yang di olah menjadi ikan asin.
Akupun mencari objek lain untuk kupotret, saat asik memotret
pemandangan dipinggir pantai ada seorang bapak yang menyapaku. Katanya jika mau
dapat view yang bagus lebih baik kesana, sembari menunjuk pasir putih yang hanya
muncul di saat air laut surut. Dan dia bersedia untuk mengantarkan. Aku hanya
mengucapkan terimakasih kepada bapak itu, dan menjelaskan kalau aku akan segera
pulang.
Waktu terus berputar, telah tiba waktunya bagiku untuk meninggalkan
pulau ini.
Meninggalkan pulau Derawan, aku menggunakan 'angkot' speedboat, namanya angkot tentu saja lebih murah daripada sewa, hanya 75 ribu rupiah/ orang. Menuju tanjung Redebpun aku tak lagi menyewa mobil, karna ada banyak angkutan umum yang menunggu di pelabuhan yang bersedia mengantarkan ke Tanjung Redeb jika penumpangnya telah penuh. per orang dikenai biaya 70 ribu rupiah. terasa sekali hematnya dibandingkan sewa.hehe
Entah kapan aku bisa kembali menjejakkan kaki kepulau Derawan kembali. Jika ada kesempatan kembali, tentu saja aku tidak hanya diam di pulau Derawan, tetapi juga akan mencoba mengeksplor pulau lain disekitarnya (Sangalaki, Kakaban, dll) dan
mendapatkan serta memanjakan mata dengan pemandangan indah nan luar biasa.
Ahh Indonesia, engkau sangat kaya. kenapa harus pergi jauh ke negeri lain jika alam mu saja tidak habis-habis memberikan keindahan.
I Love Indonesia *^^*
I Love Indonesia *^^*
terinpirasi baca postingan ini. bener banget soal indahnya Nusantara. makanya musti banyak ngelayap. hehe
BalasHapusapa nama penginapan rekomendasimu?
Nama penginapannya "Penginapan Haji Burhan" mba. dekat dengan dermaga penyebrangan untuk umum.
BalasHapusSelagi punya kesempatan untuk ngelayap harus dijadiin. Kesempatan nggak datang 2 kali men. :p